Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Sejarah Panjang Pesantren Buduran dan Lima Ajaran Utamanya

Penulis : Mutmainah J - Editor : A Yahya

06 - Oct - 2025, 16:00

Placeholder
Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. (Foto: Jatim NU)

JATIMTIMES - Dunia pendidikan Islam Indonesia tengah berduka. Bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, runtuh pada Senin (29/9/2025) saat para santri tengah melaksanakan salat Asar berjemaah.

Menurut laporan Basarnas dan BNPB, hingga 6 Oktober 2025, tercatat sedikitnya 54 korban meninggal dunia dan 13 orang masih dinyatakan hilang, sementara ratusan santri lainnya luka-luka.

Baca Juga : Rekor Pertemuan Indonesia vs Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia: Garuda Siap Ulangi Kejutan

Tragedi ini menjadi peringatan keras akan pentingnya keselamatan infrastruktur lembaga pendidikan, terutama pesantren yang banyak menampung ribuan santri dari berbagai daerah.

Di balik duka mendalam tersebut, Ponpes Al Khoziny memiliki sejarah panjang dan kontribusi besar dalam perkembangan pendidikan Islam di Jawa Timur.

Sejarah Berdirinya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU) Online, nama Pondok Pesantren Al Khoziny diambil dari nama pendirinya, KH Raden Khozin Khoiruddin. Pesantren ini lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Buduran, merujuk pada lokasinya di Desa Buduran, Kabupaten Sidoarjo.

Sebelum mendirikan pesantren ini, KH Raden Khozin Khoiruddin mengasuh salah satu pondok di Siwalan Panji, sebuah wilayah yang dikenal sebagai pusat pengembangan Islam klasik di Jawa Timur.

Awalnya, pondok di Buduran hanya dibangun untuk tempat tinggal KH Moch Abbas, putra KH Khozin, yang baru kembali dari menimba ilmu di Makkah selama kurang lebih sepuluh tahun.

Kehadiran KH Moch Abbas disambut hangat oleh masyarakat sekitar. Lambat laun, rumah kediaman tersebut berubah menjadi tempat belajar agama dan berkembang menjadi pesantren. KH Moch Abbas juga melanjutkan amanah ayahnya dengan mengadakan khataman tafsir Jalalain, menjadikan nama Al Khoziny semakin dikenal luas.

Meski sebagian sumber menyebut pesantren ini berdiri pada 1927, KH Salam Mujib—pengasuh Ponpes Al Khoziny saat ini—menyebut bahwa pesantren sudah berdiri sekitar 1915–1920 Masehi. Hal ini didasarkan pada catatan santri pertama KH Moch Abbas serta cerita lisan dari alumni sepuh.

Perkembangan Ponpes Al Khoziny dari Masa ke Masa

Ponpes Al Khoziny dikenal sebagai pesantren berkarakter salaf, yang awalnya fokus pada pendidikan kitab kuning dengan tiga tingkatan utama: Ula, Wustho, dan Ulya. Materi utama meliputi Tauhid, Fiqih, Nahwu, dan Tafsir.

Namun seiring waktu, pondok mulai mengembangkan pendidikan formal sejak masa kepemimpinan KH Moch Abbas:

• 1964: Berdiri Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), kemudian menjadi Madrasah Tsanawiyah Al Khoziny

• 1970: Didirikan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), kemudian menjadi Madrasah Aliyah Al Khoziny

• 1970: Dibuka Sekolah Persiapan A dan B, kini menjadi Madrasah Ibtidaiyah Al Khoziny

Setelah KH Moch Abbas wafat pada tahun 1978, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya, KH Abdul Mujib Abbas. Di bawah kepemimpinannya, pondok berkembang pesat dengan berdirinya lembaga pendidikan tinggi:

• 1982: Didirikan Sekolah Tinggi Diniyah

• 1993: ST Diniyah diformalisasi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ)

• Kini berkembang menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al Khoziny

Baca Juga : Gaza Kembali Berdarah, Serangan Israel Tewaskan Puluhan Warga Saat Negosiasi Gencatan Senjata Dimulai

Lima Tarekat Utama yang Diajarkan di Ponpes Al Khoziny

Dalam pengasuhan KH Abdul Mujib Abbas, Ponpes Al Khoziny tak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pembentukan spiritualitas santri.

Ada lima tarekat utama yang menjadi pedoman santri Al Khoziny:

1. Tarekat Belajar dan Mengajar

KH Abdul Mujib Abbas berpesan:

“كن عالما او متعلما او مستمعا او محبا ولا تكن خامسا غادرا فتهلك”

(Jadilah orang alim, orang yang belajar, orang yang mendengar, atau orang yang mencintai ilmu. Jangan jadi yang kelima, karena itu akan mencelakakanmu).

2. Salat Berjamaah

Disiplin berjemaah menjadi tradisi wajib. KH Abdul Mujib Abbas bahkan tetap melaksanakannya meski dalam keadaan sakit.

3. Membaca Al-Qur’an

Seusai salat Subuh, para santri rutin membaca Al-Qur’an dan mempelajari tajwid langsung dari para guru.

4. Salat Witir dan Amalan Sunah

Para santri dibiasakan mengamalkan salat sunah, terutama salat Witir, sebagai pembentuk karakter ruhani.

5. Istikamah

KH Abdul Mujib Abbas menjadi teladan dalam ketekunan dan konsistensi. Meski dalam kondisi sakit, beliau tetap mengajar, mencontohkan makna “istikamah lebih baik dari seribu karamah.”

Warisan Spiritualitas dan Keteladanan

Tragedi ambruknya bangunan pesantren memang menyisakan duka mendalam. Namun, semangat, ajaran, dan keteladanan para pendiri Ponpes Al Khoziny tetap menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan Islam.

Pesantren ini telah melahirkan ribuan alumni yang kini berkiprah di berbagai bidang dakwah, pendidikan, dan sosial keagamaan.

Doa dan solidaritas terus mengalir bagi para korban dan keluarga besar Al Khoziny — semoga mereka yang berpulang mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan pesantren ini segera bangkit kembali sebagai pusat ilmu dan keikhlasan.


Topik

Peristiwa ponpes alkhoziny ponpes buduran sidoarjo sejarah ponpes alkhoziny tragedi alkhoziny



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Bondowoso Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

A Yahya

Peristiwa

Artikel terkait di Peristiwa