JATIMTIMES - Reputasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang sebagai salah satu daerah dengan tata kelola pendidikan terbaik di Indonesia kian mengundang perhatian. Dalam beberapa bulan terakhir, sedikitnya 15 instansi pendidikan dari berbagai daerah berdatangan untuk melakukan studi tiru, menjadikan kantor Disdikbud di Jalan Veteran itu bak “pusat inspirasi” pengelolaan pendidikan nasional.
Mulai dari Kabupaten Grobogan, DPRD Kabupaten Kotabaru, Bekasi, hingga Bantul, rombongan dari berbagai daerah datang bergantian untuk mempelajari strategi dan inovasi yang diterapkan di Kota Malang. Salah satu topik yang paling banyak menarik perhatian mereka adalah keberhasilan Malang dalam menurunkan angka Anak Tidak Sekolah (ATS) secara signifikan.
Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, SE, MM, mengungkapkan bahwa kunjungan dari instansi lain hampir tidak pernah berhenti. “Sudah ada sekitar lima belas daerah yang datang ke sini. Sebagian besar ingin belajar bagaimana kita menangani persoalan ATS. Mereka melihat, di Malang ini semua pihak bergerak, dari wali kota sampai lurah,” ujarnya.
Baca Juga : Sekdaprov Jatim Jawab Sederet Pertanyaan DPRD soal Perubahan Nama Disbudpar
Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak lepas dari kepekaan sosial dan komitmen kolektif antara pemerintah kota dan masyarakat. Beberapa tahun lalu, data menunjukkan ada sekitar 5.000 anak di Kota Malang yang tidak bersekolah. Namun berkat kolaborasi lintas instansi dan kepedulian berlapis hingga tingkat kelurahan, angka itu terus menurun setiap tahun.
“Kami berangkat dari kepedulian. Banyak daerah lain baru mau mulai, sementara di sini kita sudah lari. Itu karena pimpinan daerah kami punya sense terhadap pendidikan, tidak menunggu masalah membesar dulu,” jelas Suwarjana.
Ia juga menuturkan bahwa banyak daerah lain sempat terkejut ketika mendapatkan data ATS dari Kementerian. Tidak sedikit yang baru menyadari skala persoalan tersebut setelah melihat bagaimana Malang menanganinya secara sistematis.
Sebelumnya, kunjungan terbaru juga datang dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul, yang secara khusus ingin memperdalam kerja sama dan inovasi di bidang pendidikan dan kebudayaan. Kemudian juga DPRD Kabupaten Kotabaru yang mengulik seputar penyelenggaraan pendidikan inklusif. Melalui studi tiru tersebut, kedua daerah sepakat untuk saling belajar dan menguatkan sinergi agar mutu pendidikan semakin meningkat dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.
Bagi Suwarjana, perhatian banyak pihak terhadap Disdikbud Kota Malang bukan semata soal prestasi, melainkan tentang bagaimana semangat empati dan keseriusan diterjemahkan ke dalam kebijakan yang berdampak nyata.
“Kami tidak ingin hanya dikenal karena program, tapi karena kepekaan. Karena di Malang, pendidikan bukan sekadar urusan sekolah, ini urusan kemanusiaan,” tegasnya.
Baca Juga : MTsN 2 Kota Malang Gali Inspirasi Pembinaan Olimpiade dari MAN 2 Kota Malang
Gelombang studi tiru dari berbagai daerah ini menjadi bukti bahwa Malang kini menjadi model nasional dalam membangun pendidikan berbasis kepedulian dan kolaborasi. Apa yang dimulai dari kepedulian kecil di tingkat lokal, kini bergaung menjadi inspirasi bagi daerah lain di seluruh Indonesia.
