Mengenal Pulau Bungin, Pulau Terpadat di Dunia yang Hanya Seluas 8,5 Hektare di NTB

07 - Aug - 2025, 11:11

Pulau Bungin. (Foto: Tiktok)

JATIMTIMES - Indonesia memiliki banyak pulau unik dengan pesona dan karakteristiknya masing-masing. Salah satunya adalah Pulau Bungin, sebuah pulau kecil di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dikenal karena kepadatan penduduknya yang luar biasa. 

Pulau ini bahkan pernah dijuluki sebagai pulau terpadat di dunia, mengalahkan pulau-pulau kecil lain di Asia Tenggara.

Baca Juga : Petani di Malang Terima Bantuan Alat Pertanian hingga Bibit dari Polri

Meski luasnya hanya sekitar 8,5 hektare, pulau ini dihuni oleh sekitar 5.000 jiwa. Pemandangan di Pulau Bungin pun berbeda dari pulau-pulau tropis pada umumnya. Hampir seluruh permukaan pulau tertutup bangunan rumah, tanpa banyak lahan hijau maupun garis pantai yang terlihat jelas.

Keunikan Pulau Bungin tidak hanya terletak pada kepadatan penduduknya, tetapi juga pada sejarah, budaya, dan tradisi masyarakatnya yang masih lekat dengan adat istiadat Suku Bajo.

Pulau Bungin, dari Timbunan Pasir Jadi Pulau Padat

Dikutip dari akun Tiktok @Globe spot, sejarah Pulau Bungin cukup unik. Konon, pulau ini awalnya hanya seluas 4 x 10 meter persegi. Masyarakat setempat memiliki tradisi menimbun laut dengan batu dan tanah untuk memperluas daratan yang semula kecil.

Tradisi ini berlangsung turun-temurun hingga akhirnya membentuk pulau yang kita kenal sekarang. Perluasan daratan inilah yang memungkinkan ribuan penduduk menetap di pulau yang kecil ini.

Suku Bajo, Penduduk Utama Pulau Bungin

Walaupun terletak di NTB, penduduk Pulau Bungin didominasi Suku Bajo yang berasal dari Sulawesi Selatan. Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung dan memiliki keterikatan kuat dengan laut sebagai sumber kehidupan mereka.

Masyarakat di Pulau Bungin memiliki ikatan sosial yang erat. Mereka jarang merantau sehingga pertumbuhan penduduk di pulau ini berlangsung cepat. Bahkan, satu rumah bisa dihuni oleh tiga hingga empat kepala keluarga.

Rumah Tradisional dengan Fondasi Terumbu Karang

Keunikan lain dari Pulau Bungin adalah rumah-rumahnya yang dibangun di atas terumbu karang mati.

Pemuda yang akan menikah biasanya mengumpulkan terumbu karang mati dari laut untuk membangun rumah baru.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak nenek moyang mereka dan tetap dijalankan hingga saat ini.

Dengan cara ini, setiap generasi baru di Pulau Bungin menambah bangunan baru di atas perairan sekitar pulau, membuat daratannya semakin padat.

Baca Juga : Atasi Hama Burung Pipit, Petani Padi di Kota Malang Andalkan Jaring

Perekonomian Laut Jadi Tulang Punggung Warga

Menurut jurnal Unsrat berjudul “Pola Permukiman Suku Bajo di Pulau Bungin Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat”, mayoritas penduduk Pulau Bungin bekerja sebagai nelayan.

• Mereka menangkap ikan di laut lepas

• Melakukan budidaya ikan dengan keramba dan jaring apung

• Mengembangkan usaha-usaha maritim lain yang mendukung kehidupan sehari-hari

Perekonomian laut menjadi aset terbesar masyarakat Pulau Bungin, sekaligus menjaga identitas Suku Bajo sebagai komunitas pelaut yang tangguh.

Pulau Kecil yang Menyimpan Keunikan Budaya

Meski tidak memiliki banyak ruang terbuka, Pulau Bungin tetap memikat wisatawan yang ingin melihat kehidupan masyarakat pesisir yang autentik. Keunikan budaya Suku Bajo, tradisi membangun rumah di atas laut, serta kehidupan nelayan yang dinamis menjadi daya tarik tersendiri.

Pulau ini adalah contoh bagaimana manusia bisa beradaptasi dengan keterbatasan lahan, sekaligus menjaga tradisi leluhur yang melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari.