Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pendidikan

Ahmad Basarah Ajak Mahasiswa STIE Malangkucecwara Jadi Garda Ideologis Bangsa di Era Digital

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Dede Nana

17 - Oct - 2025, 16:43

Placeholder
Ketua STIE Malangkucecwara adalah Drs. Bunyamin, M.M., Ph.D. (kiri) dan Anggota Komisi XIII DPR RI, Ahmad Basar saat datang di STIE Malangkucecwara untuk memberikan paparan tentang penguatan ideologi Pancasila (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES - Ideologi bukan sekadar warisan sejarah. Di tengah derasnya arus teknologi dan globalisasi, Pancasila justru menjadi jangkar moral yang menentukan arah bangsa. Seruan itu disampaikan Anggota Komisi XIII DPR RI, Ahmad Basara, dalam kegiatan Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila yang digelar di STIE Malangkucecwara, Jumat (17/10/2025).

Dalam forum yang diinisiasi oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama DPR RI itu, Basarah menegaskan bahwa generasi muda tidak boleh kehilangan kesadaran ideologis di tengah gempuran budaya liberal dan ekstremisme yang kian menggerus nilai-nilai kebangsaan.

Baca Juga : Sales Daerah: Cara Mas Ibin Promosikan Kota Blitar ke Nusantara

“Masa depan Indonesia ada di pundak kalian semua. Kami, generasi kolonial, sebentar lagi akan purna tugas. Estafet kepemimpinan bangsa harus kalian lanjutkan. Tapi kalau kalian tidak siap menjaga ideologi bangsa, negeri ini tak akan langgeng.” ujarnya.

Menurutnya, di era digital, banyak kalangan mulai menilai ideologi tidak lagi relevan. Padahal, kata Basarah, pandangan semacam itu berbahaya karena justru datang dari pihak-pihak yang membawa misi ideologis tertentu. 

Ia menyinggung teori “end of ideology” yang pernah dilontarkan Francis Fukuyama dan Bell, yang menganggap sejarah ideologi dunia telah berakhir seiring kemenangan liberalisme.

“Faktanya, tidak ada ideologi yang benar-benar mati. Yang ada hanyalah degradasi dan pelupaan. Kalau kita lalai, ideologi lain akan mengambil ruang kosong di pikiran generasi muda.” tambahnya.

Basarah mencontohkan bagaimana liberalisme dan kapitalisme kini merembes ke dalam pola pikir masyarakat, bahkan lewat teknologi di genggaman tangan.

 “Lihat saja dari gaya hidup bebas, perilaku konsumtif, hingga kampanye kebebasan tanpa batas di media sosial. Semua itu adalah cara halus ideologi liberal bekerja,” ujarnya.

Ia juga menyinggung fenomena lain yang tak kalah mengkhawatirkan: ekstremisme berbasis agama. Menurutnya, dua arus besar ini, liberalisme dan ekstremisme, sama-sama berpotensi merusak tatanan nilai Pancasila.

“Kalau liberalisme menjanjikan surga di dunia, ekstremisme menawarkan surga di akhirat. Dua-duanya menyesatkan kalau dijalani tanpa dasar ideologi kebangsaan,” tegasnya.

Basara menyebut, beberapa aksi teror bahkan melibatkan anak muda dan mahasiswa. Ini menjadi bukti nyata bahwa krisis ideologi benar-benar terjadi di tengah generasi yang akrab dengan teknologi, tapi rapuh dalam fondasi kebangsaan.

Baca Juga : Joji Akhirnya Comeback! Rilis Lagu Baru Pixelated Kisses setelah 3 Tahun Vakum

Melihat kenyataan itu, Basarah mengingatkan pentingnya peran kampus dan mahasiswa sebagai benteng terakhir ideologi Pancasila. Ia menilai lembaga pendidikan harus hadir bukan sekadar sebagai tempat menimba ilmu, tapi juga ruang membangun karakter kebangsaan.

“Tidak ada bangsa besar yang tumbuh dengan meniru bangsa lain. Jepang, China, Tiongkok, semuanya maju karena berpegang pada falsafah bangsanya sendiri. Begitu pula kita. Pancasila harus jadi living ideology, bukan sekadar hafalan di pelajaran PPKn,” katanya lantang.

Ia berharap BPIP dan DPR RI segera menuntaskan Rancangan Undang-Undang Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU BPIP) agar pendidikan ideologis dapat berjalan lebih sistematis, termasuk menyasar kalangan kampus.

“Generasi Z dan Alpha tidak bisa disosialisasi dengan cara lama. Harus dengan bahasa, media, dan pendekatan mereka. Kalau tidak, mereka akan menganggap BPIP hanya sekadar lembaga seremonial,” tambahnya.

Di akhir sesi, Basarah menegaskan bahwa perjuangan ideologi bukan nostalgia masa lalu, melainkan kebutuhan masa depan. Ketika teknologi membuka semua pintu informasi, ketahanan ideologi menjadi benteng terakhir agar bangsa ini tidak kehilangan jati diri.

“Selama Pancasila masih di dada anak-anak muda Indonesia, selama itu pula bangsa ini punya masa depan,” tutup Basarah disambut tepuk tangan panjang mahasiswa.


Topik

Pendidikan pancasila bpip dpr stie malangkucecwara ahmad basarah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Bondowoso Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Dede Nana

Pendidikan

Artikel terkait di Pendidikan