JATIMTIMES - Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Kolaborasi Internasional Kementerian Agama RI turut melibatkan dua akademisi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (FAI Unisma) ke Masjid An-Nur Donggang, Taiwan, pada awal hingga akhir November 2025. Tim tersebut memberikan pelatihan manajemen dan tata kelola kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) untuk meningkatkan profesionalitas pengelolaan masjid.
Tim tersebut terdiri atas Dr. Dian Muhammad Hakim, M.Pd.I dan Yoyok Amirudin, M.Pd.I., Ph.D,. Selama lebih dari dua pekan, mereka mendampingi para PMI, khususnya ABK yang selama ini menjadi penggerak sekaligus jamaah inti Masjid An-Nur Donggang. Berasal dari berbagai daerah di Indonesia, para ABK ini menjadikan masjid sebagai tempat bernaung, bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk mengobati rindu pada tanah kelahiran.

Program yang mereka jalankan difokuskan pada penguatan tata kelola masjid. Kegiatan berlangsung intensif: mulai dari perencanaan program, manajemen administrasi, pengelolaan keuangan, hingga bagaimana merancang kegiatan yang bisa berjalan meski para takmir memiliki jadwal kerja yang tidak menentu. Bagi para ABK, ritme kerja yang penuh ketidakpastian membuat kebutuhan akan sistem pengelolaan yang terstruktur semakin mendesak.
Baca Juga : Musim Hujan Tiba, Begini Cara Mudah Ganti Karet Wiper Mobil di Rumah Tanpa Perlu ke Bengkel
Dr. Dian Muhammad Hakim menegaskan bahwa takmir memiliki peran strategis dalam menjaga kehidupan masjid. Ia menggarisbawahi bahwa tugas takmir jauh melampaui rutinitas harian seperti membuka pintu masjid. “Sebagai takmir masjid, penting memahami peran dalam meramaikan masjid. Idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan,” ujarnya dalam sebuah sesi pelatihan.

Sementara itu, Yoyok Amirudin menyoroti dimensi emosional sebuah masjid bagi pekerja migran. Ia menyebut masjid di luar negeri memikul beban psikologis yang berbeda. “Masjid tidak hanya sekadar sebagai tempat ibadah. Di Donggang, masjid ini menjadi tempat untuk meluapkan rasa rindu dan kangen dengan keluarga yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Oleh karena itu, penguatan tata kelola bukan sekadar kebutuhan administratif, melainkan bagian dari memastikan kenyamanan jamaah yang menjadikan masjid sebagai ruang pulang setiap kali beban pekerjaan terasa berat.
Wawasan yang dibawa oleh tim Unisma ini langsung mendapat sambutan hangat. Ketua Takmir Masjid An-Nur Donggang, Sumarjo, menyebut pendampingan ini membuka banyak pemahaman baru. Ia dan para jamaah menyebut materi yang diberikan mudah diterapkan karena disajikan secara praktis dan disesuaikan dengan situasi para PMI.

“Senang dengan adanya program ini. Kami menjadi tahu akan tugas takmir seperti apa, bagaimana mengelola masjid, dan bagaimana merancang program yang membuat jamaah semakin bersemangat datang ke masjid,” tuturnya.
Baca Juga : Arab Saudi Larang Ambil Foto dan Video di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Haji 2026
Para peserta juga mendapatkan contoh konkret mulai dari penyusunan laporan keuangan, pembagian peran dalam struktur takmir, hingga rancangan kegiatan yang bisa dijalankan secara berkelanjutan meskipun jadwal kerja mereka berubah-ubah. Proses belajar berlangsung hangat dan partisipatif, memunculkan banyak gagasan baru untuk menghidupkan masjid lebih dinamis.
Menjelang berakhirnya program, tim FAI Unisma berharap pendampingan ini dapat menjadi model bagi masjid-masjid komunitas Indonesia di berbagai negara. Penguatan tata kelola masjid diyakini mampu memperkuat peran masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pemberdayaan untuk para pekerja migran yang tinggal jauh dari keluarga.
Program pengabdian internasional ini sekaligus menegaskan komitmen Kementerian Agama RI dalam menjangkau umat di manapun mereka berada. Masjid An-Nur Donggang menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan komunitas dapat menghasilkan perubahan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat migran. Para jamaah pun berharap kegiatan seperti ini dapat kembali hadir setiap tahun, menjadi energi baru bagi masjid dan bagi PMI yang setiap hari berjuang di perairan jauh dari kampung halaman.
